kisah tentang adanya Tuhan

a. Kisah Ulama dan Atheist
Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya
dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai
ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah:
“Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan
itu?”
Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di
kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika
orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu
tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut.
“Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras,
maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan
saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada
sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut
terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya,
sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi
perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai
dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata.
Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahak-
bahak. Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini
sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan
sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada
yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh.
Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian
percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada
pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan
seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit,
membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya
ini?”
Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka
sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka
sendiri.
“Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si
Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di
mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat,
karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak
ada.
Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan
keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.
“Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist
mengaduh.
Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit.
Di mana sakitnya?”
“Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.
“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat
sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak.
Orang banyak berkata, “Tidak!”
“Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu
tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat
Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meski
kita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan
ciptaannya.” Demikian si Alim berkata.
Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi
pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca
indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan
adalah pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar
manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran,
bahkan mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat
manusia, tapi benda itu sebenarnya ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus
(rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa
melihatnya, ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa
melihatnya jika meletakkan benda tersebut di bawah mikroskop
yang amat kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik.
Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal
itu ada?
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang
terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya.

sumber: internet

0 comments (+add yours?)

Post a Comment